- MALARIA
Penyelidikan Epidemiologi
Sekitar 3,3 milyar orang – setengah dari populasi dunia – berada pada risiko malaria. Setiap tahun, ini menyebabkan sekitar 250 juta kasus malaria dan hampir satu juta kematian. Masyarakat yang tinggal di negara-negara miskin yang paling rentan.
Malaria adalah penyakit yang dapat ditularkan kepada orang-orang dari segala usia. Hal ini disebabkan oleh parasit dari spesies plasmodium yang menyebar dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Gambaran Kasus Menurut Variable Epidemiologi
- Menurut ciri-ciri manusia
Mengumpulkan data tentang siapa saja yang diduga terkena campak. Kemudian menyelidiki apakah gejala-gejala tersebut benar-benar malaria. gejala yang terkait dengan malaria, yang paling menonjol adalah demam, yang sering disertai dengan menggigil, keringat, anoreksia, sakit kepala, muntah dan malaise. Gejala dari malaria termasuk demam, sakit kepala, dan muntah, dan biasanya muncul antara 10 dan 15 hari setelah gigitan nyamuk.
Malaria dapat terjadi ketika orang-orang dengan kekebalan rendah pindah ke area dengan transmisi malaria intens, misalnya untuk mencari pekerjaan, atau sebagai pengungsi.
- Menurut Waktu
Mencari tau kapan wabah malaria itu sering terjadi. Biasanya penularan juga tergantung pada kondisi iklim yang dapat mempengaruhi kelimpahan dan kelangsungan hidup nyamuk, seperti curah hujan, pola suhu dan kelembaban. Di banyak tempat, transmisi bersifat musiman, dengan puncak selama dan sesudah musim hujan. epidemi malaria dapat terjadi jika iklim dan kondisi tiba-tiba mendukung transmisi di daerah-daerah dimana orang memiliki kekebalan sedikit atau tidak ada untuk malaria. Gejala muncul tujuh hari atau lebih (biasanya 10-15 hari) setelah gigitan nyamuk infektif.
- Menurut Tempat
Malaria dapat terjadi dalam banyak situasi dan tempat, terutama di daerah pedesaan dan di pinggiran dari sistem pelayanan kesehatan di mana laboratorium dukungan diagnosis klinis tidak ada. Penduduk daerah endemik sering akrab dengan kombinasi gejala, dan sering mendiagnosa malaria diri berdasarkan pada gejala saja.
Tindak lanjut
Ada empat jenis malaria manusia:
* Plasmodium falciparum
* Plasmodium vivax
* Plasmodium malariae
* Plasmodium ovale.
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax adalah yang paling umum. Plasmodium falciparum adalah yang paling mematikan. Transmisi Malaria ditularkan secara eksklusif melalui gigitan nyamuk Anopheles. Jika ditemukan jentik-jentik nyamuk Anopheles, maka segera dilakukan:
Penyuluhan 3M plus
Larvasidasi
Pengasapan/fogging focus
Jika tidak ditemukan jentik-jentik nyamuk, maka hanya dilakukan kegiatan penyuluhan 3 M plus.
Penanggulangan dan pencegahan
Intervensi kunci untuk mengendalikan malaria meliputi: pengobatan yang cepat dan efektif dengan terapi kombinasi berbasis artemisinin, penggunaan jaring insektisida oleh orang di resiko; dan indoor sisa penyemprotan dengan insektisida untuk pengendalian nyamuk vektor.
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat adalah dua elemen dasar dari pengendalian malaria. pengobatan dini dan efektif malaria dapat mempersingkat durasi infeksi dan mencegah komplikasi lebih lanjut termasuk sebagian besar kematian. Akses ke manajemen penyakit harus dilihat tidak hanya sebagai komponen pengendalian malaria tetapi hak dasar dari semua populasi beresiko. Selain itu gunakan kelambu dengan insektisida tahan lama, merupakan cara yang efektif dan murah, penyemprotan insektisida dalam ruangan. Upaya ini dapat didukung dengan metode pengendalian nyamuk lain (sebagai contoh, memusnahkan genangan air tempat nyamuk berkembang biak).
2. CAMPAK
Penyelidikan Epidemiologi
Campak (Rubeola) merupakan penyakit akut yang mudah sekali menular dan sering terjadi komplikasi yang serius. Tahap pertama yang dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi yaitu survey daerah yang terkena wabah campak. Lalu, mengumpulkan data tentang siapa saja yang diduga terkena campak. Kemudian menyelidiki apakah gejala-gejala tersebut benar-benar campak. Gejala-gejala campak tersebut adalah Gejala bermula 10 – 12 hari selepas terdedah dengan pesakit, Gejala awal adalah seperti hidung berair, batuk, hidung tersumbat, mata merah, sakit otot , sensitif terhadap cahaya dan demam. Selepas 2 hingga 4 hari gejala tadi, ruam badan dan tompokan putih di dalam mulut mula timbul.Ruam bermula di kepala dan merebak ke bagian lain, berkembang ke bawah dan bersatu antara satu sama lain. Ia akan beransur hilang dalam masa 4 hari sebagaimana tempoh ia berlaku.
Hampir semua anak di bawah 5 tahun di negara berkembang akan terserang penyakit ini, sedangkan di negara maju biasanya menyerang anak usia remaja atau dewasa muda yang tidak terlindung oleh imunisasi. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Tindak lanjut
Campak dicurigai sewaktu seseorang merasa kurang sehat, mengalami batuk, hidung beringus atau mata sakit dan demam diikuti dengan ruam. Untuk menindak lanjuti hal tersebut, perlu di adakan pencegahan seperti berikut:
- imunisasi dengan dua dosis vaksin MMR. Vaksin ini memberikan perlindungan terhadap infeksi campak, di samping gondong dan rubela.
- Vaksin MMR harus diberikan kepada anak-anak pada usia 12 bulan dan dosis kedua harus diberikan pada usia 4 tahun.
- Siapapun yang lahir pada atau sebelum tahun 1966 atau belum menderita infeksi campak atau menerima vaksinasi MMR harus memastikan bahwa telah menerima dua dosis vaksin MMR dengan selang waktu sekurangkurangnya empat minggu.
- Penderita campak harus tetap tinggal di rumah sampai tidak lagi dapat menularkan penyakit (yaitu sampai 4 hari setelah ruam timbul).
Pencegahan
- Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
- Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu :
- a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.
- b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.
- Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :
- Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.
- Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.
- Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.
- Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.
- Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.
3. TUBERKULOSIS PARU
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Tahap pertama, yaitu mensurvey daerah mana yang terkena infeksi Mycobacterium tuberculosis. Kemudian mendata siapa saja yang terkena bakteri tersebut. Dan menyelidiki apakah gejala tersebut benar-benar merupakan gejala penyakit TB paru. Gejala TB paru adalah:
1. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
4. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
5. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
Kemudian mengadakan kuisioner tentang kebiasaan warga yang terkena gejala TB paru dan mencatat hasilnya, lalu mengadakan semacam penyuluhan tentang bagaimana mencegah agar TB baru tidak terjangkit. Jika kejadian tersebut menjangkiti banyak orang, berarti kejadian tersebut merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Tindak lanjut
Jika ditemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis pada warga di daerah tersebut, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
- Karantina orang yang terkena TB paru
- Penggunaan masker bagi warga-warga yang belum terkena TB paru
- Pemberian vaksin BCG bagi balita
- Penyuluhan tentang bahaya TB paru
- Melakukan Tes tuberculin apabila sudah ada gejala TB paru
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :
1. Reservour, sumber dan penularan
Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
2. Masa inkubasi
Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun.
3. Masa dapat menular
Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang dibatukkan atau dibersinkan.
4. Immunitas
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC
Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakuakn oleh penderita, masyarakat dan petugas kesehatan antara lain adalah :
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak,suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarhanya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test.
4. KEMATIAN IBU
Penyelidikan Epidemiologi
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Langkah pertama yang dilakukan adalah mensurvey daerah tertentu dan mencari data mengenai kematian ibu saat melahirkan atau setelah melahirkan. Kemudian mencatat apa yang menyebabkan kematian ibu. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi,dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggungjawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri.
Tindak Lanjut
Hal-hal yang harus di tindaklanjuti dalam penurunan AKI antara lain karena :
- Meningkatkan dan mensukseskan program KB yang memungkinkan ibu yang mempunyai resiko kelahiran dengan resiko kematian ibunya tidak jadi melahirkan karena ikut KB.
- Meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kebidanan bertambah baik antara lain karena makin banyaknya bidan di desa.
- Menjalin kerjasama organisasi wanita juga telah menghasilkan partisipasi yang sangat tinggi dan menyelamatkan banyak sekali ibu yang melahirkan.
- Menjadikan Pelayanan klinik yang makin sempurna sehingga dapat menyelamatkan banyak sekali ibu dari kematiannya.
Pencegahan
Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu.
1. meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dancost effective.
2. Kedua, membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya.
3. Ketiga, mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat.
4. Keempat, mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir.
Angka kematian ibu bisa ditekan dengan safe motherhood, prevalensi pemakai alat kontrasepsi. Kontrasepsi modern memainkan peran penting untuk menurunk an kehamilan yang tidak diinginkan. Sebagai faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi karena kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit menular akibat hubungan seks yang tidak diobati. Sepsis ini berkontribusi pada 10 persen kematian ibu (rata-rata dunia 15 persen). Deteksi dini terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan yang bersih, dan perawatan semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah ini. Partus lama, yang berkontribusi bagi sembilan persen kematian ibu (rata-rata dunia 8 persen), sering disebabkan oleh disproposi cephalopelvic, kelainan letak, dan gangguan kontraksi uterus.
5. LAHIR MATI
Penyelidikan Epidemiologi
Lahir Mati (Still Birth): Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah kelahiran. Lahir mati membawa maksud kematian janin di antara minggu ke 20 kehamilan (bulan ke 5). Angka kematian perinatal di Indonesia tidak diketahui secara pasti karena belum ada survey yang menyeluruh. Angka kematian perinatal di rumah sakit pada umumnya berkisar antara 77,3% sampai 137,7% per 1000 kelahiran hidup.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi adalah mensurvey daerah yang diduga mengalami kematian balita terbanyak, kemudian menyelidiki apa penyebab kemattian balita tersebut. Berikut adalah penyebab lahir mati:
- Kecacatan kelahiran – biasanya berpunca daripada struktur atau kecacatan kromosom.
- Tali pusat terjatuh (prolaps), iaitu apabila tali pusat terkeluar dari faraj terlebih dahulu sebelum bayi. Ini menghalang pengaliran darah dan oksigen.
- Masalah uri (plasenta)
Pemisahan uri dari dinding rahim (uterus). Bayi tidak mungkin dapat hidup sekiranya uri telah terpisah dari tempat implantasinya. Implantasi uri di bahagain pangkal rahim/bahagian bawah rahim atau serviks. Keadaan ini dipanggil plasenta previa. Sekiranya keadaan ini tidak dikesan di peringkat awal, ia boleh menggagalkan peluang bayi untuk hidup dan pendarahan yang serius mungkin berlaku.
- Keadaan kesihatan ibu mengandung sebelum dan juga semasa kehamilan seperti ibu mengidap diabetes (kencing manis) dan tekanan darah tinggi. Keadaan ini merupakan penyebab penting kejadian lahir mati dan masalah ini perlu dipantau sepanjang tempoh kehamilan.
- Masalah pada tali pusat
tali pusat terpintal menyebabkan terganggunya pengaliran oksigen dan juga nutrien kepada bayi. tali pusat itu terbelit pada leher bayi, yang menjadikan bayi tercekik dan lemas apabila ia mula bergerak ke bahagian bawah.
Tindak lanjut
Hal yang harus dilakukan apabila menemui kasus tersebut adalah :
- Mencatat laporan lahir mati, dilakukan dengan memenuhi syarat:
- Surat Pengantar RT dan Lurah;
- Keterangan lahir mati dari dokter/bidan/penolong kelahiran.
- Melakukan penyuluhan kehamilan bagi ibu hamil
Penyuluhan ini berisi:
Pelarangan ibu hamil untuk mengkonsumsi alcohol, narkoba, ataupun merokok
Konsumsi gizi seimbang
- Pemberian pelayanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil dan ibu melahirkan.
Pencegahan
- usaha untuk melahirkan bayi itu lebih awal mungkin dapat mencegah kejadian lahir mati.
- pembedahan kecemasan Caesarean mungkin dapat menyelamatkan nyawa.
- Jaga kesehatan diri anda dengan baik sebelum mengandung.
- dapatkan penjagaan ibu mengandung seawal mungkin untuk memastikan keadaan bayi anda sehat.
- Pelayanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil
- Pemberian Bahan Makanan Tambahan bagi ibu hamil
Referensi
http://www.who.int/topics/malaria/en/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20325/4/Chapter%20II.pdf
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/8400/DOH-8400-IND.pdf
http://ictjogja.net/kesehatan/A1_20.htm
http://www.scribd.com/doc/20358065/TUBERKULOSIS-PARU
http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/350307pdf/rochjati.pdf
oleh:
Tri Mulyani (E2A009088)
Tinggalkan komentar